Tuesday, February 28, 2006

Oma 80 tahun

Tribute to Oma
Hajjah Nuraini Noer Djamal Oesman


Nuraini Noer, Oma dan Omi kami tercinta, lahir di Tapaktuan, Aceh atau Nanggroe Aceh Darussalam sekarang. Oma lahir pada tanggal 5 Januari 1923. Pada hari ini, 5 Januari 2003, Oma genap berusia 80 (delapan puluh tahun). Dengan sejarah dan perjalanan yang panjang, penuh suka dan duka, berbagai cobaan diarungi, namun tidak sedikit sukacita yang ditemui karena Hidayah dan Barokah Allah Swt.

Masa kecil Oma dihabiskan di Ranah Minang. Mengikuti perjalanan dan karir tugas, Ayahandanya atau Opa Buyut kami. Pada masa remaja Oma lebih banyak tinggal di Kota Padang. Pasar Mudik yang sempat menjadi pusat perniagaan penting di Sumatera, adalah kawasan yang meninggalkan banyak kenangan dimasa kecil dan masa remaja Oma.

Pada tahun 1938 Oma yang masih masa remaja puteri, dilamar oleh seorang jejaka ---pemuda yang gagah dan ganteng kata Oma---, yang akhirnya menjadi Opa kami: Djamal Oesman. Menikah di kota Padang, hanya sekilas menikmati bulan madu di kota Padang, Ranah Minang. Oma diboyong Opa ke Tanah Jawa, persisnya ke Yogyakarta yang kala itu menjadi salah pusat perjuangan terpenting. Pada masa kehamilan putera pertama, Oma terus mengikuti dan selalu berada disamping Opa tercinta. Merasakan pahit dan getirnya masa revolusi di Yogyakarta. Sampai akhirnya, Opa yang bekerja di BPM mendapat tugas ke Seram/Bula, yang sekarang berada di Propinsi Maluku.

Selama kurun waktu beberapa tahun tahun di negeri Cengkeh tersebut, lahirlah putera pertamanya, Om Rally, pada tahun 1942. Masih dalam masa penjajahan yang menggetirkan tersebut, Oma tetap setia mendampingi Opa, dan atas berkah Allah Swt pada tahun berikutnya, 1943 lahirlah puteri keduanya nan cantik dan imut-imut: Mama Lily.

Berganti waktu dan tempat. Sekitar tahun 1946 Oma dengan kedua balitanya diboyong Opa kembali ke Surabaya, kemudian pindah lagi sampai ke Jombang, masih di Jawa Timur. Di kota inilah lahir putera ketiganya, Om Sally yang dulu cakep sekali dan sekarang masih juga. Berganti waktu dan tempat, tahun 1948 Oma dan Opa kembali ke Yogyakarta. Di kota Gudeg ini, buah cinta Oma dan Opa bertambah lagi, lahirlah tante kita yang imut Bunda Ria. Kota Gudeg ini ditinggalkan Oma dan Opa dengan “buntut” empat anak yang masih belum akil baliq, menuju Jakarta.

Sejak tahun 1948 Oma dan Opa menetap di Jakarta. Sejak tahun 1950 sampai dengan tahun 1962 lahirlah berturut-turut (…alamak jadi selusin jumlahnya..!); Om Arry yang remajanya sering bikin pusing Oma. Berikutnya, pada tahun 1952 Ibu Atty yang banyak akalnya menambah deretan anak-anak di keluarga ini. Selang dua tahun setelah itu, 1954 lahirlah Tante Rini yang mudah ketawa dan selalu gembira. Oma dan Opa pasangan “yang cukup produktif”, selang dua tahun kemudia 1956, nyusul tante kita yang cantik, Tante Rita. Lagi-lagi selang setahun tahun kemudian, tahun 1957 nongollah tante yg heboh, Ibu Cherry. Ternyata buah cinta Oma dan Opa terus hadir menyemarakan rumah tangganya dengan bertambahnya tante kita yang manis: Tante Carry pada tahun 1959. Kemudian dari “sisa-sisa percobaan” tahun 1960 nongol om yang gagah dan gondrong: Om Rizal, serta akhirnya jadi anak kunci tante kita yang funky: “si bontot” tante Linda pada tahun 1962. Total 12 anak menjadi buah cinta Oma dan Opa, 4 lelaki dan 8 perempuan.

Di Jakarta, dirumah inilah Oma dan Opa bersama “kesebelasannya” mengarungi bahtera kehidupan. Banyak pasang dan surut. Tidak sedikit sukacita dan kebahagiaan. Satu persatu mulai lepas sekolah dan bekerja. Satu demi satu dilepas menjadi “ayah” dan “ibu” …. Menikah dengan pilihannya yang dicintai. Maka lengkaplah keluarga besar ini mulai dari buatan luarnegeri yang made in Germany, Urang Awak, Wong Kito dari Komering, orang Jawa, orang Ternate, dan arek Malang.

Rejeki dan usia memang menjadi rahasia Allah. Pada tahun 1985, persisnya 13 Januari 1985, Opa tercinta dipanggil menghadap Khalik Penciptanya. Opa meninggal dunia setelah menderita sakit. Tiga tahun menjelang “pernikahan emas”. Sejak itulah Oma mengasuh dan melindungi kami, meskipun anak Oma atau Tante kami sudah punya buntut juga. Dari ke-12 putera/puteri Oma, sudah di “delivery” sebanyak 26 cucu, bahkan sejak 3 tahun lalu “deretan tangga” bertambah lagi dengan hadirnya cicit-cicit dari: Uni Lidya (malah sudah 2) dan Uda Jurgen. Pokoknya kalau kami berkumpul, perlu lebih dari dua bus besar. Apalagi beberapa menantu dan cucu Oma berbadan lebar dan bongsor….

Begitulah sekilas perjalanan suka dan duka Oma. Selamat Ulang Tahun, Oma..! Happy birthday, Oma..!. “. Semoga Allah Swt terus melimpahkan Rahmat dan Hidayah kepada Oma dan keluarga besar Djamal Oesman agar senantiasa sehat walafiat. Agar keluarga besar ini tetap mendapat Lindungan dan Cahaya dari Allah sehingga tetap rukun, selalu bersama dalam getir dan manisnya kehidupan, dalam setiap kesulitan dan kesenangan. Cekcok dan konflik kecil menjadi “senandung” yang membuat kehidupan kami lebih semarak.

Terima kasih Oma. Asuhan dan kasih sayang Oma telah menghasilkan asuhan dan kasih sayang yang sama kami nikmati, sehingga kami pun telah menjadi putera/puteri yang patut dibanggakan. Ya Allah ampunilah segala kesalahan kami yang sekiranya telah melalaikan nasehat dan harapan Oma, obsesi Ibu dan Ayah kami. Ya Allah, limpahkan hidayahMu agar Oma dan khususnya kepada orang tua kami, agar terus meningkat ilmu pengetahuannya utk membimbing kami, senantiasa sehat walafiat agar tetap tangguh mengasuh kami, serta rejeki yang luas agar kami dapat saling membantu. Amin ya rabbal alamien.

No comments: