Akhir Perjalanan Ibu Tercinta:
Shermine Meinarwati ( Cherry )
(QS Al Fajr: 27-30)
Kami yang kehilangan Matahari kehidupan...
Kanya, Sara, Thalita dan Ibnu...
Shermine Meinarwati ( Cherry )
Hari Sabtu, 14 Juli 2007 .. Kami memang cemas, tetapi amat yakin Ibu cukup prima untuk memenangkan perjuangan melawan perdarahan itu... Kami tahu Ibu sangat tidak suka minum obat dan, ..juga tidak suka berleha-leha di tempat tidur. Karena cinta kepada kami, Ibu dengan patuh minum obat-obat yang amat banyak itu..dan rebah terbaring dengan infus ”menghias” lengan Ibu. Tidak pernah ada suara mengeluh. Selalu ada senyum Ibu dan gairah Ibu... seolah menyembunyikan derita... Dan, akkhirnya dengan dugaan spekulatif tim dokter RSI Bintaro, Ibu diijinkan untuk keluar rumah sakit dan melanjutkan berobat jalan.
Ibu.., yang selalu kami cintai! Luar biasa senangnya, Sabtu, 20 Juli 2007 ketika dipastikan Ibu dapat menjalani pemulihan sambil berobat jalan. Kita bisa bersama-sama kembali. Kita semua rindu rewel-nya Ibu, kita semua kangen sekali dengan gembiranya Ibu ber-karaoke ... Dan, dua minggu bersama Ibu di rumah, 21 Juli sampai 5 Agustus 2007... Akh banyak sekali kenangan indah yang kita alami... Dua pekan itu, Ibu sangat berbeda. Rewel dan nada tinggi yang kami rindukan itu ternyata tidak pernah hadir.. Ibu begitu sabar..begitu mudah memenuhi permintaan kami, bahkan tindakan dan perbuatan yang pantas diganjar sanksi, semuanya dimaafkan oleh Ibu ...
Kenangan yang indah buat kami, entah seperti diatur oleh Yang Maha Mengatur,... kita selalu berlima, ya bersama Ibu, kami bertiga dan Ayah.. Ketika konsultasi ke dokter, konsultasi hasil lab, bahkan ketika mengantarkan Ibu ke RS PELNI untuk observasi .. Dan, sepanjang menunggu akhir perjalanan Ibu ... Kita selalu berlima. Satu keluarga.
Sejak 6 Agustus 2007 selalu banyak waktu bersama Ibu. Kita selalu berlima, ya bersama Ibu, kami bertiga dan Ayah... Kecuali untuk keluarga Djamal Oesman, Ibu melarang kita untuk mengabarkan rawat inap di RS PELNI. Ibu pun selalu menolak jika kita menginap. Ibu sepertinya ingin menyendiri dan tidak ingin merepotkan kita semua. Ibu hanya mengijinkan kami menginap pada hari Kamis 16 Agustus 2007, karena esoknya libur. Dan hari itulah, Kamis 16 Agustus 2007 kami menyaksikan tanpa sadar sepenuhnya, bahwa Ibu mulai kelelahan bercampur dengan depresi akibat pelayanan dokter yang tidak bersahabat .. Tindakan operasi pertama yang dilakukan sekitar pukul 20.30 ternyata tidak berhasil. Dokter bedah minta Guided CT-Scan guna memandu operasi pemasangan selang semi permanen untuk mengeluarkan cairan dari rongga paru .. Tindakan operasi kedua yang dilakukan di ruang CT-Scan pun tidak segera meredakan penderitaan Ibu. Ibu memerlukan alat bantu memompa cairan dari paru sehingga Ibu harus dirawat di ICU...
Dan dinihari 17 Agustus 2007, sekitar pukul 01.30 kita, --Ibu Atty, Ayah, Kak Fitri, Kanya, Sara dan Thalita—mendampingi Ibu ke ICU ... Itulah awal drama penderitaan Ibu. Kami yakin ibu sangat menderita dan tertekan melihat kondisi ICU, lebih-lebih ketika harus dilakukan tindakan dan penggunaan alat bantu medis... Sesaat sebelum dilakukan tindakan intubasi, Ibu sempat minta kembali ke ruangan. ”..Ibu sudah siap dan ikhlas. Kumpulkan semua keluarga !” Maaf ya Bu, kami tidak pernah memenuhi permintaan Ibu, karena begitu percaya pada saran dokter, begitu yakin pada ketegaran Ibu sehingga kita berharap masa kritis pasti dapat diatasi..
Sementara itu, secara klinis Ibu memerlukan tindakan emergency, kadar oksigen darah terus menurun. Pilihannya ialah tindakan intubasi untuk meningkatkan kadar oksigen darah. Tindakan ini pasti menyakitkan, karena Ibu sepenuhnya sadar, dan pasti sakit luar biasa ... Sementara komunikasi lisan dengan Ibu pun terputus ...Ibu memang sempat :”melakukan perlawanan” fisik, ingin meninggalkan pesan terakhirnya..
Allahu Akbar. Subhannalllahu. Panggilan dari ruang ICU jam 22.20 dan kita menemukan Ibu sudah semakin lemah. Tindakan resusitasi untuk mengaktifkan gerak jantung, pun tidak banyak menolong. Gerak pulsa monitor semakin melemah .... Dan, sekitar pukul 22.45 dokter menyatakan secara klinis Ibu sudah meninggal dunia. Perjuangan hidup Ibu telah berakhir. Inilah akhir perjalanan Ibu. Innalillahi wa innaillaihi rajiun...
Kami harus ikhlas, meski pun kami sulit percaya... karena sepanjang siang dan selepas maghrib kami masih menyaksikan tatapan nyala mata Ibu .. Begitu besar harapan kami, Ibu akan sembuh dan mampu mengalahkan multiple myeloma ... Tetapi Allahu Rabbi sangat menyayangi Ibu, tidak mengijinkan Ibu menderita lama .. Ibu telah tiada. Ibu-lah matahari kami. Matahari kami telah redup dan tidak akan bersinar kembali.
Bak matahari, Ibu merupakan sumber hidup kami ... kami bergantung semua kehidupan pada Ibu. Kami belum membayar semua hak Ibu untuk menerima bakti anak-anaknya, kami sangat canggung karena semua ihwal tidak ada yang terjadi tanpa Ibu... masa sakit Ibu menebarkan banyak cinta dan sayang Ibu yang baru kini kami sadari ..
Kami memang harus ikhlas, karena Ibu bukan hanya milik kami... Ibu dicintai dan disenangi banyak orang.. Dan, yang pasti Ibu telah memenuhi panggilan Sang Khalik, Allahu Rabb yang memiliki Ibu ... Ibu singgah sebentar, --lebih dari 50 tahun dan 23 tahun bersama Ayah dan kami-- di alam fana ini membagikan cinta dan kasih sayangnya kepada kami berempat, kepada siapa pun yang mengenalnya, kepada anak kemenakan, kepada kakak dan adik-adik Ibu, kepada sahabat-sahabat Ibu...
Ibu tercinta, kami akan melanjutkan semua kebaikan dan silaturahim Ibu .. Belajar untuk mengamalkan semua perbuatan baik dan menyenangkan bagi orang banyak .. Dan, kami juga harus belajar dan belajar bagaimana Ibu mencintai dan menyayangi kami .. Belajar bagaimana Ibu mencintai orang-orang kecil, bagaimana Ibu menyenangi sadaqah, bagaimana Ibu membagi ”yang sedikit itu” untuk mereka-mereka yang membutuhkan ...
Semoga semua amal dan kebaikan Ibu, beserta doa dan munajat kami menjadi bekal untuk khusnul khatimah... Bekal untuk beristirahat sejenak menjelang Perhitungan di Padang Masyar .. Semoga semua sahabat dan kerabat ikhlas memaafkan kesalahan, salah ucap dan keliru perbuatan Ibu.. Dan pula semoga Allahu Rabbi mengampuni semua dosa Ibu, memaafkan seluruh khilaf dan keliru ... Serta, kepada kami semua, diberikan hidayah dan kemudahan untuk terus mendoakan Ibu tercinta, Shermine Meinarwati (Cherry).. Semoga Ibu beristirahat dengan tenang di Alam Barzah. Amin.
Yaa ayyatuhan nafsul muthmainaah irji’ii ilaa rabbiki raadhiyatam mardhiyyah. Fad khulii fii’ibaadi wad khulli jannatii.
”hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhan-mu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya .. maka masuklah kedalam jama’ah hamba-hamba-Ku dan masuklah dalam Surga-ku”
(QS Al Fajr: 27-30)
Inilah Ramadhan pertama yang senyap dan kosong... Ramadhan pertama tanpa Ibu yang selalu memudahkan kami beribadah, yang tidak pernah alpa menggembirakan kami ketika sahur dan berbuka, yang tidak pernah surut cinta dan kasih sayangnya, meski Ibu lelah, dahaga dan lapar melaksanakan syariat dan hakekat Shaum ... Masih banyak Ramadhan, yang Insya Allah akan kami lalui, dan sebanyak itu kami akan mengenang Ibu dan selalu mendoakan Ibu ...
Kami yang kehilangan Matahari kehidupan...
Kanya, Sara, Thalita dan Ibnu...
No comments:
Post a Comment